Senin, 13 April 2009

KHWA MIA (RAMAL NASIB)

> HATI - HATI BUAT YANG DOYAN KHWA MIA (RAMAL NASIB)!
>
> Kalangan etnis Tionghoa ini, berpenampilan sederhana.
> Ditemani Acu, istrinya, Harun Yusuf menjawab serta membuka semua rahasia
> kwamia secara gamblang
>
> Pengakuan Harun Jusuf, Mantan Tukang Kuamia:
> "Pasien yang datang justru dikutuk Si Tukang
> Kwamia!" Harun Jusuf, mantan
> tukang mantan tukang kwamia yang namanya pernah sangat
> ngetop dia blak-blakan.Iapun mengaku sedang menyiapkan sebuah tulisan
> untuk diterbitkan menjadi sebuah buku mengenai perjalanan hidupnya.
>
> TANYA: Bapak sangat dikenal sebagai tukang kwamia di
> kalangan etnis Tionghoa. Apa yang Bapak lakukan setiap kali pasien datang?
> JAWAB: Begini. Tak semua pasien yang datang diterima.
> Tetapi, harus saya uji dulu. Maksudnya ialah saya tanyakan tanggal lahirnya
> lengkap dengan jam kelahirannya. Lalu didaftar,tunggu, antri dan jam berapa
> bisa diterima.
>
> TANYA: Maksud Bapak?
> JAWAB: Dari tanggal lahirnya, kita harus bikin Pek Jie. Pek
> Jie ialah sebuah daftar di mana kita dapat menghitung dengan mengutak atik
> angka berdasarkan tanggal lahir sehingga menghasilkan sebuah angka. Jam,
> tanggal, bulan, tahun kelahiran diterjemahkan dalam dua huruf. Angka ini disebut
> Bintang ("Xing").
> Nah, dari sinilah nasib manusia berjalan sesuai dengan apa
> yang sudah ditentukan oleh Pek Jie.
>
> TANYA: Dan, ternyata memang tepat?
> JAWAB: Saya jamin 90% tepat, karena memang sudah diuji.
> Jadi, saya menerima pasien tak sembarangan. Jika menurut perhitungan
> berdasarkan ! masa lalunya,
> kapan menikahnya, kapan punya anaknya, sudah 90 % tepat
> barulah saya jadikan pasien. Tetapi, kalau kurang dari segitu tak mau saya
> jadikan pasien. Bisa
> saja saya katakan bahwa tanggal lahir yang diberikan kepada
> saya itu salah tanggalnya, karena orangtuanya memang salah mencatatnya.

> TANYA: Benarkah seseorang yang datang minta dikwamia,
> rohnya sudah dikuasai terlebih dulu ?
> JAWAB: Ya, benar. Rohnya sudah berada di dalam cengkeraman
> roh yang saya pelihara. Sejak itu roh pasien harus tunduk pada roh saya
> apapun yang saya perintahkan. Misalnya saya ramalkan bahwa orang itu akan
> bercerai, maka rohnya tunduk 100% dan dia pasti akan bercerai! Padahal
> sebenarnya belum tentu ia akan bercerai. Roh kamilah yang justru
> menakdirkan, merencanakan
> semuanya itu. Ini, yang saya pikir paling tepat. Makanya,
> tukang kwamia yang
> makin jitu, makin berbahaya, berarti yang dipeliharanya
> makin hebat. Bekingnya makin hebat.
>
> TANYA: Kalau begitu, kutukan itu datangnya justru dari si
> tukang kwamia kepada si pasien?
> JAWAB: Ya, betul, secara tak sadar, ya! Saya dipakai oleh
> roh yang ada dalam
> diri saya untuk mengutuk manusia atau pasien yang datang!
> Dengan begitu
> setiap pasien berada dalam cengkraman kami. Melalui mulut
> kami, tukang kwamia keluar kutukan-kutukan yang harus dijalankan secara
> tak sadar oleh si roh pasien itu.
>
> Misalnya, jika dikutuk bahwa tahun depan ia akan disikat
> orang perusahaannya, biar bagaimana hati-hatipun
> perusahaannya pasti akan
> disikat orang lain. Mengapa? Karena rohnya sudah sepenuhnya
> tunduk kepada
> roh kami si tukang kwamia! percaya kepada tukang kwamia, ia
> menjadi hamba
> dari roh tukang kwamia. Menjadi hamba roh tukang kwamia,
> pasti ada imbalan atau tumbal yang harus dibayar. Ingin diramal baik, sudah
> tentu tak gratis. Jadi, harus ada bayarannya dan bayarannya mahal yaitu nyawa
> salah seorang keluarga kita. Seperti yang dulu pernah saya alami. Dua
> orang anak saya meninggal dunia.
>
> TANYA: Jadi, tumbal adalah suatu keharusan jika kita
> meminta sesuatu kepada tukang kwamia?
> JAWAB: Di dunia mana ada yang gratis, kecuali ASI, air susu
> ibu yang Kita minum. Kita pinjam uang kepada bank. Tak mungkin bank
> memberi secara gratis.
> Kita harus membayar bunganya, bukan? Kita pinjam uang sama
> teman. Namanya hutang, bukan? Kecuali dari orangtua kita. Di alam roh juga
> begitu. Harus ada harga yang harus dibayar. Karena itu, jika memperoleh
> hasil, maka hasil itu harus jelas, apakah dari Tuhan atau bukan. Jika dari
> Tuhan, maka Ia akan memberi tanpa imbalan. Gratis! Misalnya Ia menciptakan
> matahari. Orang jahatpun bisa menikmati sinar matahari. Begitu pula dengan
> air. Air, Tuhan berikan secara gratis. Kalau kita harus membeli air, itu
> karena kita harus membayar ongkos pembuatan air. Airnya kan gratis.
>
> TANYA: Menurut orang Tionghoa yang kokoh memegang tradisi
> lamanya, peranan Shio sangat penting dalam perjalanan hidupnya.
>
> Bagaimana sebenarnya hal itu?
>
> JAWAB: Karena tradisi yang turun-temurun, watak manusia
> sudah tak berfungsi sebagai watak manusia yang sebenarnya. Sifat dan watak
> manusia sudah seperti berubah menjadi sifat dan watak binatang. Hal ini terjadi
> karena sejak zaman dulu, orang Timur sudah ditaklukan oleh gambaran hewan
> dalam Shio-shio itu.
> Mau tahu artinya Shio? Shio artinya persis atau sama
> dengan! Siapa yang bisa mengutuki anak kita, kalau bukan orangtuanya? Melalui shio
> itu akhirnya kuasa jahat itu, memakai mulut orangtua supaya mengutuki
> anaknya!
>
> TANYA: Jadi, kalau begitu tak ada shio yang baik?
> JAWAB: Mana ada ! Nasib binatang mana ada yang bagus.
> Kelinci artinya
> playboy. Rumah tangga bakal hancur. Naga, artinya
> kesombongan. Ular
> artinya
> licik. Tikus merusak, kerbau bodoh, macan sadis atau buas,
> kuda
> diperbudak
> atau ditunggangi orang. Kambing,kebangetan atau
> "awban" atau berjiwa
> pemberontak, monyet nakal. Apa saja berani dia coba. Ayam
> jadi santapan
> orang banyak, anjing tak bisa membedakan. Jika dipelihara
> perampok, dia akan
> membela perampok atau majikannya saat melawan polisi. Tak
> mungkin dia
> membela polisi saat itu, bukan? Babi? Huh! Dia kan binatang
> jorok. Selalu
> kembali ke tempat yang kotor dan nasibnya selalu berakhir
> di tempat pembantaian.
>
> TANYA: Kalau dengan horoskop?
> JAWAB: Nah, di dunia Barat, dikutuki melalui horoskop yang
> mengambil sifat-sifat binatang. Manusia sudah berada dalam perangkap
> iblis dan iblis sudah berkeliaran di dunia ini dan mempengaruhi manusia
> agar jiwanya tidak seperti manusia melainkan berjiwa dan bersifat seperti
> binatang. Ajaran manusia membunuh, merampok, memperkosa. Kita lihat anak
> membunuh orangtuanya, ayah meperkosa anaknya, jiwanya sudah seperti
> binatang.
>
> Pesan :
> So, jangan percaya& coba2 lihat ramalan u/ hindari
> adanya celah dosa.
> Percaya pada Tuhan and DO ALL THE BEST IN OUR LIFE FOR GOD
> GLORY.
>
>  God Bless You.

Mertua - Menantu

JANGAN "NGAMBEK" BERKEPANJANGAN TERHADAP ORANG YANG KAU KASIHI.

Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi
Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh
Lian Shu Xiang )

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka, tetapi segalanya
sudah terlambat.

Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama
kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama
ini,setelah
2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal
bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata: "Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa juga."
Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak
dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil berkata:"Putriku, kan kamu
bisa berbohong.Jangan katakan harga yang sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan
dalam rumah tanggaku mulai terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin.
Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku
menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan
kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
bisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
menjadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.

Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh......suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa
tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis
dengan sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya
di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku
dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu
lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar.Aku segera
menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah
menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku.
Sambil menangis aku menjerit dalam hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika............dimatanya, akulah
penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku.

Waktu berlalu dengan sangat lambat. Kami hidup serumah tetapi seperti 
tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang
didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam.
Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan
mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka
sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan
segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke
rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua
ini. Tetapi itu tidak
terjadi........., semua berlalu begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang
suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur.
Teman-teman menyarankan
agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang
histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu
tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa
mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya:""Tunggu
sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia melihatku dengan pandangan awut-
awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan
menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar. Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. "Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir.

Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi,
perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi
setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia
mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia
mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan
keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia
maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya.
Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya
menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring 
dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih
sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke
lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya.........aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara............Sebuah surat yg sangat
panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu
tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya.
Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah
memaafkan aku.
Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak
punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata.....................

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur hidup.
Diterjemahkan secara bebas oleh penulis.....

Jumat, 03 April 2009

" Orangtua ku adalah Ibu dan Bapak ku....."

Selamat membaca dan mengambil makna-nya…. 
 

 Beberapa  hari  yang  lalu  aku  menerima telepon dari salah seorang teman
 kuliahku   yang   sudah  lama  sekali  tidak  pernah  terdengar kabarnya.
 Pembicaraan yang semula mengenai kegembiraan masa lalu dan acara wisuda
 yang baru saja  ia  lalui berubah menjadi pembicaraan yang sangat
 menyentuh hati ketika ia  bercerita mengenai ayahnya.
 Kesehatan ayahnya yang memburuk akhir-akhir ini membuat ia harus menjalani
 rawat  inap  di  rumah  sakit.  Karena  penyakit yang dideritanya, ayahnya
 menjadi susah  tidur  dan  sering  berceloteh sendiri. Temanku yang sudah
 beberapa hari terakhir  tidak  pernah  tidur  karena menjaga ayahnya
 menjadi jengkel dan berkata  dengan  ketus  pada  ayahnya supaya ayahnya
 diam dan tidur dengan tenang.  Ayahnya  menjawab  bahwa  ia  juga
 sebenarnya ingin beristirahat karena ia  sudah  lelah  sekali, dan jika
 temanku itu keberatan menemani dirinya, biarlah  ia  sendiri  menjalani
 perawatan di rumah sakit. Setelah berkata demikian,   ayahnya  menjadi
 tidak  sadarkan  diri  dan  harus menjalani perawatan di  ICU (intensive
 care unit). Temanku begitu menyesal atas kata-kata yang tidak  selayaknya
 keluar  dari mulut seorang anak kepada ayahnya sendiri.
 Temanku  yang aku kenal sebagai orang yang tegar, menangis tersedu-sedu di
 ujung  pesawat  teleponku. Ia berkata bahwa mulai saat itu, setiap hari ia
 berdoa  agar  ayahnya  sadar kembali. Apapun yang ayahnya akan katakan
 dan perbuat  pada  dirinya akan diterima dengan senang hati. Ia hanya
 berharap pada  Tuhan  agar  diberi  kesempatan  untuk memperbaiki
 kesalahannya yang lalu, yang mungkin akan disesali seumur hidupnya.......


 Sering  kali  kita 
mengeluh  ketika  menemani atau menjaga orang tua kita
 hanya dalam  hitungan tahun, bulan, hari, jam, bahkan dalam hitungan
 menit.
 Tapi  pernahkah  kita  pikirkan  bahwa  orang tua kita menemani dan
 menjaga kita seumur  hidup  kita  dan  seumur  hidup mereka. Sejak lahir
 hingga dewasa,  bahkan   hingga  tiba  saatnya ajal menjemput, mereka
 selalu menyertai kita.
 Ketika  pada  akhirnya  mereka  menghadap  Sang  Kuasa  pun, seluruh
 kenangan yang  mereka tinggalkan selalu menyertai selama hidup kita.
 Bayangkan  betapa  hancur  hati  kedua orang tua kita oleh (hanya) sepatah
 kata yang  singkat, "tidak", yang keluar dari mulut kita ketika mereka
 berusaha merengkuh  kita dalam pelukan kasih sayang sejati, yang justru
 sering kita lihat  sebagai sesuatu yang mengekang dan menahan kita untuk
 terbang bebas di angkasa.  Entah  kata  apa  lagi yang paling tepat untuk
 menggantikan kata "tangis"  bila  tiada  lagi  air  mata yang keluar dari
 kedua mata mereka, karena telah  habis digunakan untuk menyirami hari-hari
 dalam kehidupan kita agar terus  tumbuh dan menghasilkan bunga dan buah
 yang menyemarakkan hari-hari kelam dalam roda kehidupan yang terus
 berputar.
 Kita  dapat  mulai  berjanji  pada diri masing-masing bahwa sejak saat ini
 tiada lagi keluhan yang keluar dari mulut kita ketika menemani dan menjaga
 kedua orang  tua  kita.  Tiada  lagi  keluhan yang keluar dari mulut kita
 ketika merasa meraka  terlalu memperlakukan kita seperti anak kecil.
 Percayalah, di luar sana  banyak  orang  yang tidak seberuntung kita yang
 mempunyai orang tua, yang merindukan   hal-hal  yang  kita  keluhkan,
 tetapi  tidak  pernah mereka dapatkan.
 Sebenarnya,  hanya  sedetik  waktu  yang  dibutuhkan  untuk 
merenung dan
 menyalakan  lentera
  yang akan membimbing kita ke tempat di mana kedamaian
 terpendam. Sekarang tinggal tergantung dari diri kita sendiri,
maukah kita
 meluangkan  waktu  yang  sangat  singkat  itu  namun  besar  artinya untuk
 sepanjang perjalanan hidup kita???


 

By : ARIEF RACHMAN (thx man!)

(dalam rangka menyambut perayaan Cheng Beng)


Hao Che Ta Ti ever said :

"Hidup didunia berbakti adalah yang paling Mulia,

Berbakti kepada orang tua berarti berbakti kepada Langit dan Bumi (Tuhan)"

Jalan bareng Keong

Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.

Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak, setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.

Aku mendesak, menghardik, memarahinya, keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga !"

Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka.

Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.

Ya Tuhan! Mengapa ? Langit sunyi-senyap

Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang.

Pelankan langkah, tenangkan hati....

Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.

Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.

Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.

Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.

Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini ?

Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.

"He's here and with me for a reason"

Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi, haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.

Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.

Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.

Saat bertemu penolongmu, Ingat untuk bersyukur padanya.

Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai, ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih.

Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci, sapalah dengan tersenyum.

Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu, baik-baiklah berbincanglah dengannya.

Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai, berkatilah dia.

Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu, berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.

Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu, gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.

Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup, berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.

Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati

 

God Bless You

 

Best Regards,

Snap Shots

Get Free Shots from Snap.com

Pencarian :